Guru dan Murid Harus Sama-sama Sabar

By Abdi Satria


nusakini.com-Wonosobo – Kesabaran guru dalam menghadapi sikap dan perilaku para siswa sangat penting. Jika guru tidak memiliki sifat sabar, tujuan kegiatan belajar dan mengajar tidak akan tercapai dengan baik. 

“Apabila tidak ada kesabaran pada diri seorang guru, maka fenomena tindak kekerasan akan marak di sekolah-sekolah, terutama yang tidak berbasis pondok pesantren atau tidak berbasis pendidikan keagamaan,” ujar Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen saat memberi sambutan pada Haflah At Tasyakur Lil Iktitam, di Pondok Pesantren Matholi’ul Anwar Desa Dempel, Kecamatan Selomerto, Wonosobo, Sabtu (30/3) malam. 

Menurutnya, masih lekat dalam ingatan masyarakat tentang beragam peristiwa kekerasan di dunia pendidikan yang terjadi di berbagai daerah di penjuru Indonesia. Di antaranya perkelahian antara murid dengan guru, antara murid dengan murid, maupun antarsekolah atau tawuran pelajar. 

Terkait kesabaran guru, kata pria yang akrab disapa Gus Yasin ini, ada kisah antara murid dengan guru yang perlu menjadi teladan bagi semua. Yaitu kisah Imam Syafii dan Imam Al Baihaqi. Di mana ada seorang murid dengan daya tangkap rendah telah mengulang satu mata pelajaran hingga 39 kali, itupun si murid masih belum paham. Tetapi sang guru tetap dengan sabar dan telaten mengajari muridnya tersebut. 

“Pesan yang disampaikan dalam kisah tersebut adalah, guru harus sabar dan jangan sampai berfikir bahwa yang bisa memahamkan suatu pelajaran terhadap murid adalah guru, karena yang bisa memahamkan hanya Allah,” terangnya. 

Mantan anggota DPRD Jateng ini, juga menjelaskan tentang pengalamannya mengajar di MTs 02 Al-Anwar Rembang. Pengalaman menjadi guru ditekuninya usai pulang dari belajar di Timur Tengah. Sepulang dari belajar, Taj Yasin diberi tugas oleh kakak pertamanya. 

“Kakak meminta saya mengajar di MTs itu, bukan untuk mengajar tetapi untuk bersabar,” kata Gus Yasin. 

Kesabarannya sempat teruji ketika Gus Yasin menyuruh para murid menghafal kitab. Putra ulama sepuh asal Rembang KH Maimoen Zubair itu bahkan mendapat protes dari muridnya. Satu kelas menyatakan menolak menghafal kitab pada hari itu. Bahkan tugas diperingan yaitu satu kelompok menghafal satu hadist, semua murid tetap tidak siap. 

“Saya jadi kembali ingat dengan pesan yang disampaikan kakak saya, bahwa saya diminta bukan untuk mengajar melainkan bersabar. Sabar menghadapi sikap para murid atau santri. Guru dan murid harus sama sabarnya karena tidak semua orang akalnya sama, mempunyai kepintaran yang sama,” bebernya. 

Demikian pula menjadi murid jangan mudah frustasi, terlebih sifat generasi muda saat ini tidak sedikit yang mudah putus asa. Ketika keinginan sulit dicapai biasanya langsung ditinggalkan atau tanpa mau berusaha maksimal demi meraih mimpi atau harapan.(p/ab)